Oleh: Vina Nur Azizah
Hujan pecah di tanganku. Dingin.. kelu.. tapi ku tak mau beranjak. Satu-satu kristal hangat menjalar ke sekian kali. Tepian sungai temaram terbalut senja yang basah. Putih memucat menyerbukkan bara kepedihan. Tapi aku terlanjur terpasung hatimu. meski entah di mana, kini ku merasa kau berdiri di sini. Di depanku. Selapis senyum terukir memeluk kenangan itu. Ingatkah kau? Mungkin tidak, mungkin iya. Aku bukan ilusionis yang bisa tepat membidik warna hati. Hanya senyumanmu serasa meleburkankan semua rindu dan dendam itu dalam waktu yang bersamaan. Gelombang luka menghitam di jantung. Aku mencibir bayangmu.
Semoga takkan ada lagi suara yang mengguncang alam kehidupanku. Semoga!